Html visitor counter


Mari belajar bahasa Arab.๐Ÿ‘
Tentang bahasa Arab:
Telah lampau di masa lalu, pelajaran bahasa Arab yang diajarkan disekolah umum SD, SMP, dan SMA telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, baik ilmu fiqih, tarikh maupun syariah. Maka bahasa Arab hanya diajarkan di pesantren atau sekolah kejuruan Agama saja.

Pada masa sekarang, pelajaran bahasa Arab bisa diikuti baik dari kursus bahasa di masjid (di Tanimulya juga ada), atau lewat internet.
Faedah pengetahuan mengenai bahasa Arab adalah agar lebih memahami ilmu-ilmu dalam kitab suci Al Qur'an dan mengerti saat mengikuti pengajian dan mendengarkan khutbah di masjid.

Adapun untuk mempermudah dalam mempelajari bahasa Arab itu, dapat dilakukan dengan cara pasif, yaitu belajar sendiri dengan bantuan kamus bahasa Arab, atau lewat internet, yang aplikasinya dapat diunduh secara gratis.
Dapat pula jika belajarnya dilakukan secara aktif, yaitu dengan cara visual atau tanya-jawab, tentu dibutuhkan waktu yang lama juga banyak hafalannya, berupa kata-kata yang baru yang ditemukan.
Dengan demikian cara mempelajarinya dapat dilakukan sebagai sambilan atau waktu kapan saja jika ada waktu luang saja.

Faedah lain mempelajari bahasa Arab(walaupun secara pasif), adalah agar supaya menjadi lebih tekun dan khusuk dalam beribadah, walaupun penguasaan bahasa Arab tidak begitu banyak, tetapi selalu digunakan setiap hari dari surat-surat bacaan Al Qur'an itu, saat mengerjakan shalat.

Ilmu bahasa Arab itu sendiri berupa kumpulan kata-kata yang disusun berdasarkan tata bahasa dalam Ilmu Nahwu dan perubahan-perubahan kata dalam kalimat dipelajari dalam ilmu Sharaf. Jadi, ilmu Sharaf itu adalah bagian dari ilmu Nahwu itu sendiri.

Pengantar ilmu Nahwu:
Pernahkah kita berpikir kenapa ada beberapa kata yang sama dalam Al Qur'an tetapi memiliki harakat akhir yang berbeda-beda. Kadang berharakat dhammah, fathah, atau kasrah meskipun untuk kata yang sama. Contohnya lafal Allah.
1. Dalam basmalah, lafal Allah berharakat kasrah:

ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…ٰู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู…ِ

bismillฤhir-raแธฅmฤnir-raแธฅฤซm

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

2. Dalam ayat kursi, lafal Allah berharakat dhammah:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ุงู„ู„ّٰู‡ُ ู„َุงۤ ุงِู„ٰู‡َ ุงِู„َّุง ู‡ُูˆَ ุงู„ْุญَู€ูŠُّ ุงู„ْู‚َูŠُّูˆْู…ُ ۚ ู„َุง ุชَุฃْุฎُุฐُู‡ٗ ุณِู†َุฉٌ ูˆَّู„َุง ู†َูˆْู…ٌ ۗ ู„َู‡ٗ ู…َุง ูِู‰ ุงู„ุณَّู…ٰูˆٰุชِ ูˆَู…َุง ูِู‰ ุงู„ْุงَ ุฑْุถِ ۗ ู…َู†ْ ุฐَุง ุงู„َّุฐِูŠْ ูŠَุดْูَุนُ ุนِู†ْุฏَู‡ٗۤ ุงِู„َّุง ุจِุงِ ุฐْู†ِู‡ٖ ۗ ูŠَุนْู„َู…ُ ู…َุง ุจَูŠْู†َ ุงَูŠْุฏِูŠْู‡ِู…ْ ูˆَู…َุง ุฎَู„ْูَู‡ُู…ْ ۚ ูˆَู„َุง ูŠُุญِูŠْุทُูˆْู†َ ุจِุดَูŠْุกٍ ู…ِّู†ْ ุนِู„ْู…ِู‡ٖۤ ุงِู„َّุง ุจِู…َุง ุดَุงุٓกَ ۚ ูˆَุณِุนَ ูƒُุฑْุณِูŠُّู‡ُ ุงู„ุณَّู…ٰูˆٰุชِ ูˆَุง ู„ْุงَ ุฑْุถَ ۚ ูˆَู„َุง ูŠَู€ู€ุฆُูˆْุฏُู‡ٗ ุญِูْุธُู‡ُู…َุง ۚ ูˆَ ู‡ُูˆَ ุงู„ْุนَู„ِูŠُّ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…ُ
allohu laaa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qoyyuum, laa ta`khuzuhuu sinatuw wa laa na`uum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, mang zallazii yasyfa'u 'ingdahuuu illaa bi`iznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai`im min 'ilmihiii illaa bimaa syaaa`, wasi'a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardh, wa laa ya`uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal-'aliyyul-'azhiim

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)

3. Dalam ayat lain, lafal Allah berharakat fathah:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ูŠٰุۤงَ ูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุงٰู…َู†ُูˆุง ุงุณْุชَุนِูŠْู†ُูˆْุง ุจِุง ู„ุตَّุจْุฑِ ูˆَุง ู„ุตَّู„ٰูˆุฉِ ۗ ุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ู…َุนَ ุงู„ุตّٰุจِุฑِูŠْู†َ
yaaa ayyuhallaziina aamanusta'iinuu bish-shobri wash-sholaah, innalloha ma'ash-shoobiriin

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 153)

Oleh karena itu, mempelajari kaidah seputar perubahan harakat akhir ini begitu penting. Kaidah ini dibahas dalam ilmu Nahwu.

Ilmu Nahwu:
Adalah salah satu cabang dari ilmu bahasa Arab yang membahas tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, baik yang berkaitan dengan letak kata-kata dalam suatu kalimat atau kondisi kata(harakat akhir dan bentuk) dalam suatu kalimat.

Ilmu Sharaf:
Selain ilmu Nahwu, ilmu yang wajib dipelajari untuk pemula adalah ilmu Sharaf. Karena, dengan kedua ilmu ini, kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab resmi.
Adapun bila kita ingin membuat kalimat Bahasa Arab yang Indah, baik dari susunan, pemilihan kata, dan maknanya, atau tinggi nilai sastra nya, maka kita perlu mempelajari cabang Bahasa Arab seperti ilmu balaghah(keindahan bahasa), 
Ilmu ma'ani (memahami teks sesuai konteks) dan ilmu 'arudh(syair bahasa Arab).

Apa Perbedaan Ilmu Sharaf dan ilmu Nahwu?:
Fokus pembahasan Ilmu Sharaf ialah pada perubahan kata-kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain yang dikenal dengan istilah Tashrif. Dengan ilmu Sharaf, kita bisa mengetahui bentuk kata yang sesuai untuk digunakan dalam kalimat.
Sedangkan ilmu Nahwu fokus pada bagaimana kita merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik dari sisi susunan kata-kata tersebut atau perubahan akhir setiap kata dalam kalimat yang dikenal dengan istilah I'rab.
(Keterangan gambar telah disebutkan dalam video tutorialnya diatas).๐Ÿ‘

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 HP VIVO Ram 6 GB harga 2 jutaan

Jadwal MotoGP 2020 Seri Valencia Pekan ini dan Kabar Buruk dari Marc

FAMILI CHORD, COUSIN CHORD???